Posted by : Kevin kevin Senin, 22 Desember 2014



“… Semoga kau mengingatnya…”

•••

“…Na, Sadarlah!” seseorang menampar pipiku berkali-kali. Apa yang sedang kulakukan disini? Aku membuka mata lalu bangun untuk duduk. Aku berada di taman.

“Nona, anda tidak apa-apa? Apa anda merasa mual? Ada bagian yang sakit?” pria ini bertanya seolah dia mencemaskanku.

“aku tidak apa-apa, hanya anemia” aku berdiri lalu membersihkan bajuku “terima kasih” aku menundukkan kepalaku sedikit.  Aku berjalan menjauh pria itu.

Langit terlihat agak mendung. Angin bertiup pelan. Namun, rasa dingin tidak juga menyerangku. Setelah kuperhatikan lagi, aku sedang memakai sebuah jaket. Mungkin jaket milik pria tadi. Apa perlu kukembalikan? Mungkin lain kali saja, aku lebih membutuhkannya dari pada dia.

Aku memasukkan tanganku dalam-dalam ke saku jaket. “Hangat” gumamku.

Hangat

Eh, aku seperti pernah merasakan ini sebelumnya.

Hangat

Sebuah bayangan berkelebat di pikiranku.

Hangat

Suaraku terdengar berulang kali.

Hangat

Sebuah kejadian, sebuah kenangan, aku mengalami Déjà vu berkali-kali. Ujung jariku menyentuh sesuatu dari logam. Kuambil benda itu, sebuah jam saku perak. Seketika itu juga, aku mengingat sesuatu. Berkali-kali.

Aku mengingat dia menolongku. Aku mengingat dia menyapaku. Aku mengingat dia bersamaku. Aku mengingat dia. Aku mengingat semuanya.

Segera kubalikkan badanku. Kukejar Danu yang kutinggalkan begitu saja. Gerimis mulai turun.  Dia seharusnya belum pergi jauh.


Danu sedang berjalan memunggungiku. Dia menyilangkan tangannya didada, mengigil kedinginan. Segera kupeluk dirinya dengan erat.


“e-eh, ada apa ini” dia menjadi gugup.

  
“tolong, biarkan untuk sebentar saja” pintaku.
 
“n-nona? K-kenapa anda memelukku? Apa ada bagian yang sakit?”
 
“Kumohon. Izinkan aku meminta darimu untuk terakhir kali ” Aku memeluknya semakin erat.
 
“M-maksudmu?” tentu saja, dia belum mengingatku. Aku tidak berkata apa-apa lagi. Gerimis lama-lama berubah menjadi hujan. “N-nona, mungkin kita harus mencari tempat berteduh lebih dulu” aku menggeleng.
 
Kulepaskan jaket lalu kupakaikan padanya. Kugenggam tangannya erat dengan kedua tangan, lalu memberikan Jam saku perak yang kupegang sedari tadi. “Jika kau melihatku dijalan, atau dimanapun itu, kumohon jangan disapa. Anggap saja aku tak pernah ada” air mataku bergulir bersama hujan. Ingin kulepas tanganku darinya lalu bejalan menjauh. Namun, Danu menahanku.
 
Dia menarikku kedalam pelukannya. Dia memelukku sangat erat, aku tak bisa melihat wajahnya.
 
“bukankah sudah kubilang? Kau itu beban hidupku” ucapnya “Tempatmu kembali adalah aku. Mau kemana kau tanpa diriku”
 
“Kau sudah mengingatnya?”
 
“Aku selalu mengingatmu” jawabnya. Pelukannya semakin erat “tolong maafkan egoku. Kupikir jika aku terus seperti ini, setidaknya aku bisa bersamamu lagi, lagi dan lagi” kami terdiam. Hujan semakin lama semakin deras.
 
“Hey” ucapku memecah keheningan “mungkin lebih baik kau lepas pelukanmu sekarang”
 
“maksudmu?”
 
“bukankah hari ini kau ada sidang?” Danupun tertawa. 

•••
 


Aku menunggu di ruangan ini bertahun-tahun. Ruangan yang begitu kosong dan putih. Aku duduk di sebuah sofa yang takkan terlihat kecuali kau memperhatikannya. Hingga, hari yang ditunggu akhirnya tiba.

Sebuah pintu terbuka lebar didepanku. Ada seseorang berjalan keluar dari sana. Aku tersenyum menyambutnya. “Halo” ucapku “sudah lama tidak berjumpa, ya ‘kan? Danu” pria itu tertawa.
 
 “tentu saja” dia membalas senyumku “Siapa yang menduga bahwa kau menukar keberadaanmu agar bisa membawa Lita ketempat ini”
 
“bagaimana dengan dibawah sana? Kuyakin Renu tak bisa menggantikanku dengan baik” tanyaku basa-basi.
 
“Kacau balau” ucapnya. Aku kembali tersenyum.
 
“kau pasti sudah tahu untuk apa aku berada disini, bukan?” tanyaku “Jadi, apa jawabanmu kali ini?”
 
 Danu tersenyum. Dengan yakin dia menjawab : “tidak”
 
“bagus” ucapku. Danu kemudian memberikan ‘kunci’ itu padaku. Kubukakan Pintu yang selama ini terkunci darinya. Dia melangkah dengan santai mendekati pintu itu. Tiba-tiba saja, dia berhenti.
 
“Hey” ucapnya “ada satu hal yang menggangguku. Wanita yang kulihat saat wisuda itu, siapa?”
 
 Aku tersenyum. “kau tak perlu tahu” [end]

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Chatango

Kontributor

Mabo and Gibo. Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Mabo and Gibo -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -