Posted by : Kevin kevin Minggu, 21 Desember 2014




Aku memacu mobil dengan cepat. Sial, Sial, SIAL! Ini semua gara-gara para preman brengsek! Laju mobilku dipercepat setiap detiknya. Kaca mobil kubuka lebar. Angin malam berhembus dengan kencang, mengibarkan rambutku yang sudah kusisir rapi. Sejenak kuingat-ingat lagi kejadian yang baru saja terjadi.

Aku datang dengan mobilku. Koper hitam itu kutaruh di kursi belakang. Orang itu datang lima belas menit kemudian. Kami menunjukkan isi koper masing-masing. Sesuai perjanjian, koperku diserahkan lebih dulu. Para preman datang dengan sepeda motor. Kedua pengawalku tewas. Orang itu melarikan diri.
SIAL! Seluruh investasiku hilang dalam semalam. Perusahaanku kini akan benar-benar hancur. Rumahku akan disita. Keluargaku akan dikejar anjing-anjing lintah darat. Apa yang harus kulakukan?
Sebuah sepeda motor terlihat di ujung jalan. Motor besar dengan pengendara berbaju semrawutan. Terdapat tato di kedua lengannya. Melaju dengan kecepatan tinggi. Dia pasti salah satu anak buah preman sialan itu.

Kupercepat laju mobilku, menyamakan posisiku dengan motor tersebut. Ketika tikungan, kujepit motor itu dengan badan pembatas jalan. Pengendara motor itu langsung menurunkan kecepatannya. Takkan sempat! Segera kuserempet bagian depan motor tersebut. Pengendara motor itu kehilangan kendali lalu terjatuh. Kepalanya pecah, darah berceceran dimana-mana.
Kukeluarkan kepalaku dari jendela lalu berteriak; “MATI LO BAJINGAN!” setidaknya itu bisa menenangkan pikiranku.

•••
Jalanan terlihat senggang, kupercepat laju motorku. Kuharap aku tidak terlambat. Obat kini sudah kudapatkan, walau belum sempat kulunasi. Aku sudah berjanji kepadanya. Aku sudah berjanji.
Sebuah mobil terlihat dibelakangku. Mobil itu terus mempercepat lajunya. Kubiarkan saja dia dan tetap fokus melanjutkan perjalanan. Adikku sedang menunggu dirumah, aku tak boleh telat.


Ketika tikungan, mobil itu mendekat kearahku. Dia seperti ingin menjepitku dengan pembatas jalan. Kupelankan motorku agar itu tidak terjadi. Namun, mobil itu langsung menyerempet bagian depan motorku. Aku kehilangan kendali lalu terjatuh. Kepalaku terkena jalan lebih dulu.
“MATI LO BAJINGAN!” supir mobil itu berteriak kepadaku. Apa salahku ya tuhan? Aku hanya ingin adikku sembuh. Dia sedang menungguku dirumah sekarang. Kenapa dunia begitu kejam?
Senyum mungilnya terbayang di benakku. Aku merasa bersalah padanya, aku tak bisa menepati janjiku lagi. Aku adalah seorang kakak pengingkar janji. Mataku mulai menggelap. Maafkan kakak ya, kakak tak akan pulang malam ini.
•••
“hey, kenapa kau belum tidur?” tanyaku pada anak itu.
“aku sedang menunggu kakak” jawabnya.
“bukankah kakakmu itu seorang pembohong? Kenapa kau tidak membencinya?” tanyaku lagi.
“tentu saja aku membencinya. Tapi, kakakku itu orangnya baik. Kalaupun dia bohong sekali, pasti diganti besok-besoknya” ucapnya polos. “tadi kakak udah janji bakal certain aku. Jadi aku harus nungguin dia”

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Chatango

Kontributor

Mabo and Gibo. Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Mabo and Gibo -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -