Posted by : Fakhri Minggu, 26 April 2015


   Halo. Namaku Zaidan Achmad Syahid, kalian boleh memanggilku Zaidan. Umurku baru 5 tahun. Aku punya seorang Abi yang sebenarnya sangat baik. Tapi entah kenapa, belakangan ini dia jadi sering marah-marah. Katanya gara-gara pak RT mengijinkan orang kafir masuk ke perumahan kita. Aku tentu saja tidak mengerti apa yang dikatakan olehnya. Yang aku tahu, tetanggaku bertambah satu lagi.


Namanya, err… Keris tian tian apaa gitu. Aku lupa. Yang pasti, dia anaknya baik. Walau bapaknya galak juga sih, hehe. Tapi dia sering main bareng sama aku. Dia juga takut banget sama kodok, padahal lucu kok. Kami selalu main tiap sore, supaya gak dimarahin sama abi. Gak tau kenapa, abi selalu marah kalau aku bermain bersama dia.

Pernah satu kali aku dipukul sama abi gara-gara ketahuan main bareng dia. Wajah abi begitu seram saat itu. Aku menangis sangat keras, lalu berlari ke umi. Umi lagi kumpul bareng ibu-ibu pengajian.

 Aku kasih tau ke umi kalau aku dipukul sama abi. Waktu umi Tanya kenapa abi mukul aku, aku bilang gak tau. Aku cuman lagi main sama Keris. Ibu-ibu pengajian lalu melihat ke arahku. Umi tiba-tiba memukul mulutku keras. Dia lalu meminta maaf ke ibu-ibu yang lain lalu pergi sambil menggendongku. 

“Abi, tolong dijaga dong Zaidan! Masa dia main sama orang kafir kayak si Christian itu!?” Aku gak pernah melihat Umi dan Abi bertengkar sebelumnya. Mereka selalu berbicara kalau ada masalah. Tapi hari ini kok beda ya?

“Umi aja yang jaga! Abi sibuk ngurusin pak RT yang  gak mau kompromi dengan warga!” Abi membalas perkataan umi. Wajah keduanya terlihat sangat seram. 

“JADI ABI MAU ZAIDAN IKUT-IKUTAN JADI KAFIR!?” Umi berteriak. Aku tidak mengerti. Aku hanya ingin bermain dengan Keris. Aku hanya ingi berteman dengannya. Kok jadi ribet gini masalahnya sih?

“ASTAGHFIRULLAH AL-ADZIM! UMI!” Abi ikut-ikutan teriak. Aku menangis sejadi-jadinya. Menarik perhatian mereka. Mereka berdua kemudian terdiam. Abi lalu menghela nafas. “Umi, nanti malam ada rapat warga. Abi harus hadir disana. Jadi tolong jaga rumah dengan baik” katanya.

“Iya Abi” Umi lalu mencium tangan Abi. Wajahnya sudah tidak terlihat seram lagi, sama seperti wajah Abi. Umi lalu mengenggam tanganku. Dia menuntunku kekamar.

“Nggak mau! Zaidan mau ikut Abi!” bantahku.

“Zaidan, kamu gak usah ikut. Disana cuman ada bapak-bapak doang. Nanti kamu bosen lagi” bujuk Umi.

“Pokoknya gak mau!”  Umi lalu melirik ke Abi.

“Biarkan saja. Anak-anak yang lain pasti juga berkumpul disana” Jawab Abi.  Yaay! Aku ikut bareng Abi! Umi lalu mengelap wajahku dengan tisu basah, lalu mengganti bajuku dengan yang lebih bagus. “Abi berangkat ya Mi, Wassalamu’alaikum”

“Wa’alaikumsalam” Jawab Umi. Sebenarnya, aku ikut Abi bukan buat ketemu dengan teman-teman. Tapi untuk melihat kembang api. Karena besok adalah hari raya Tahun Baru Hijriah, pasti akan banyak kembang api.

Ternyata Abi salah, tidak ada anak-anak yang datang ke balai desa. Begitu sampai disana, aku langsung meminta untuk pergi ke lapangan. “Ingin melihat kembang api!” seruku. Abi membolehkan. Aku lalu menonton kembang api sendirian di tengah lapangan.

“Kamu ada disini Zaidan?” Aku menoleh. Ternyata, Keris juga ada di lapangan. Dia memakai baju putih. Dia juga sedang melihat kembang api.

“Iya, Abiku ada rapat katanya” Jawabku.

“Sama dong. Bapakku juga ada rapat” Ucapnya. “Hey Zaidan” aku menoleh.

“Iya?”

“Selamat tahun baru” serunya. Dia mengeluarkan sebuah kembang api.

“Selamat tahun baru juga” jawabku. Keris lalu menggeleng.

“Tidak, tidak. Tahun baruku nanti. Tanggal 1 Januari” aku tidak mengerti. Tapi, biarlah. Akan kuucapkan nanti saja tanggal 1 Januari. Sebagai tanda terima kasihku kepadanya.

Besoknya, Keris pindah rumah lagi. Dia pindah ke tempat yang amat jauh. 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Chatango

Kontributor

Mabo and Gibo. Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Mabo and Gibo -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -